Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog

Jumat, 29 Mei 2015

Perkembangan teknologi



Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah menunjukkan jati dirinya dalam peradaban manusia. Diawali dari perkembangan komputer, telepon seluler, hingga internet yang terus berkembang semakin memudahkan masyarakat dalam berkomunikasi, bekerjasama, mengidentifikasikan diri, dan berekspresi.
Perkembangan zaman dan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi secara tidak langsung membawa perubahan pada bahasa, dalam hal ini adalah bahasa Indonesia. Bahkan tidak hanya bahasa Indonesia saja yang mengalami perubahan, akan tetapi juga bahasa daerah. Perubahan tersebut terlihat pada kalangan remaja saat mengirim short message service (SMS), berkomunikasi dalam jejaring sosial dengan facebook, twiter dan lain sebagainya. Bahasa yang mereka gunakan dalam sms atau jejaring sosial tersebut sudah tidak menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Mereka telah melakukan komodifikasi bahasa dengan menciptakan tulisan-tulisan dan simbol-simbol baru dalam kata-kata bahasa Indonesia. Bahasa inilah yang sekarang biasa disebut sebagai bahasa alay.
Dalam bahasa alay, remaja sudah tidak menyingkat kata lagi, namun sudah merubah kosa kata dan cara penulisannya. Kadang cara penulisannya bisa membuat sakit mata orang yang membaca karena menggunakan huruf besar kecil yang diacak ditambah dengan angka, karakter tanda baca dan bahasa asing khususnya bahasa Inggris. Bahkan arti kosa katanya pun biasanya jauh dari yang dimaksud. Misalnya dalam kalimat 4KU 8!54 m3n4n9 (aku bisa menang) atau aqwu saiaank kmueh (aku sayang kamu).
Dalam jejaring facebook, penggunaan bahasa alay bisa terlihat dari aktivitas penulisan nama akun, status, komentar dan info profil di wall atau dinding pengguna facebook. Misalnya saja penulisan nama akun seperti Rieva Celalubuat Bunda, Hika Saaiiyiiaangnyiiaa Itsuki, dan Yafika Cuah Iliexk.
Bahasa alay di dalam facebook  sesungguhnya hanya berupa format tulisan (teks), bukan bahasa verbal. Bahasa alay di dalam facebook hampir tidak mungkin dipakai dalam pembicaraan sehari-hari. Bahasa alay sendiri diminati oleh sebagian remaja  karena dinilai sesuai dengan jiwanya yang bebas dan beda
dengan yang lain. Remaja ingin dinilai sebagai anak yang tidak ketinggalan maka mereka beralih dari penulisan yang biasa menjadi penulisan dengan gaya alay. Dengan demikian, fenomena alay sesungguhnya memiliki kemiripan dengan fenomena anak gaul. Lebih sederhananya, bahasa alay adalah salah satu varian bahasa gaul kontemporer. Di zaman tahun 80-an atau 90-an dikenal bahasa prokem sebagai bahasa gaul. Zaman selalu berubah sehingga bahasa gaul juga mengalami perubahan, dan hadirlah sekarang bahasa alay.
Sejarah perkembangan bahasa alay ada bermacam-macam versi. Ada yang menyebutkan bahasa alay muncul pertama kalinya sejak ada program SMS (Short Message Service) atau pesan singkat dari layanan operator yang mengenakan tarif per karakter ataupun per SMS yang berfungsi untuk menghemat biaya. Namun dalam perkembangannya kata-kata yang disingkat tersebut semakin melenceng dan tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Ada versi lain menyebutkan bahasa alay muncul sekitar tahun 1970-an oleh sekelompok preman yang ingin melakukan aksi kejahatan dan menciptakan bahasa sandi agar tidak terlacak oleh polisi. Bahasa sandi tersebut kemudian berkembang dari tahun ke tahun. Versi lainnya menyebutkan bahasa alay berasal dari anak layangan, anak lebay, atau anak kelayapan. Fenomena anak layangan ini adalah simbol dari anak di kampung yang ingin tampil beda untuk mendapatkan perhatian baik dengan cara mengubah penampilan dan meningkatkan kenarsisan. Mereka juga menciptakan bahasa khusus yang hanya dimengerti kalangan mereka.  Akhirnya muncullah bahasa alay yang menggambarkan sekelompok anak muda yang ingin menunjukkan eksistensinya.
Bahasa alay merupakan salah satu cerminan remaja.  Masa remaja, ditinjau dari segi perkembangan merupakan masa kehidupan manusia yang paling menarik dan mengesankan. Masa remaja mempunyai ciri antara lain petualangan, pengelompokan (klik), dan “kenakalan” (Sumarsono, 2007:150). Remaja selalu ingin mencoba berbagai hal-hal baru ingin merasakan kebebasan dari aturan yang dirasa terlalu mengekang. Pengekangan ini membatasi mereka untuk mengekspresikan diri secara terbuka atau frontal. Akibatnya mereka menggunakan cara-cara lainnya. Salah satunya dengan penggunaan bahasa
sebagai sistem tanda yang digunakan untuk menyampaikan sesuatu. Lewat sistem inilah mereka mencoba mengungkapkan rahasia mereka kepada teman sebaya yang dirasakan mengerti kondisi mereka.
Selain dalam sms atau jejaring sosial seperti facebook dan twitter, bahasa alay juga banyak ditemukan di televisi, radio, majalah, bahkan koran. Terutama pada hal-hal yang berkaitan langsung dengan remaja, misalnya acara-acara dan iklan-iklan di televisi yang menjadi sajian utama yang memang ditujukan kepada para remaja atau di rubrik-rubrik majalah dan koran yang berkaitan dengan remaja. Hal tersebut membuat penyebaran bahasa alay di kalangan remaja menjadi semakin pesat.
Kemunculan bahasa alay tidak hanya terjadi di ibukota Jakarta dan Bandung, akan tetapi sudah meluas ke kota-kota yang lainnya. Salah satunya adalah Surabaya. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh kecanggihan teknologi dan informasi yang bisa diakses dari berbagai seluruh penjuru dunia, sehingga budaya dari wilayah satu dengan mudah bisa masuk ke wilayah yang lainnya. Salah satu fenomena bahasa alay di Surabaya terlihat dari aktivitas remaja menggunakan bahasa tersebut di jejaring sosial facebook.
Sumber Buku:
Kridalaksana, Harimurti. 1985. Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa. Flores: Nusa Indah.
Mustakim. 1994. Membina Kemampuan Berbahasa: Panduan ke Arah Kemahiran Berbahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Nababan , P.W.J. 1993.  Sosiolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Ritzer, George. 2007. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Sumarsono. 2007. Sosiolinguistik. Yogyakarta: SABDA.SVD, Bernard Raho. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi Pustaka.

0 komentar

Posting Komentar