![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwrAvLFo2P-6eWWn4UNt6obms14vaguAM3DWZmbHdEost9sM5SlI_6njHIWYOUtm70eIjgEJ0WN6Nbul_jKl6_lbnI-TSZaNGFPUtrVuZy8cO_JTOvljkUcK3FC3lGF9CjHv5vm__8qMYF/s400/knowledge.jpg)
Perkembangan
zaman dan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi secara tidak langsung
membawa perubahan pada bahasa, dalam hal ini adalah bahasa Indonesia. Bahkan
tidak hanya bahasa Indonesia saja yang mengalami perubahan, akan tetapi juga
bahasa daerah. Perubahan tersebut terlihat pada kalangan remaja saat mengirim
short message service (SMS), berkomunikasi dalam jejaring sosial dengan
facebook, twiter dan lain sebagainya. Bahasa yang mereka gunakan dalam sms atau
jejaring sosial tersebut sudah tidak menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar. Mereka telah melakukan komodifikasi bahasa dengan menciptakan
tulisan-tulisan dan simbol-simbol baru dalam kata-kata bahasa Indonesia. Bahasa
inilah yang sekarang biasa disebut sebagai bahasa alay.
Dalam
bahasa alay, remaja sudah tidak menyingkat kata lagi, namun sudah merubah kosa
kata dan cara penulisannya. Kadang cara penulisannya bisa membuat sakit mata
orang yang membaca karena menggunakan huruf besar kecil yang diacak ditambah
dengan angka, karakter tanda baca dan bahasa asing khususnya bahasa Inggris.
Bahkan arti kosa katanya pun biasanya jauh dari yang dimaksud. Misalnya dalam
kalimat 4KU 8!54 m3n4n9 (aku bisa menang) atau aqwu saiaank kmueh (aku sayang
kamu).
Dalam
jejaring facebook, penggunaan bahasa alay bisa terlihat dari aktivitas
penulisan nama akun, status, komentar dan info profil di wall atau dinding
pengguna facebook. Misalnya saja penulisan nama akun seperti Rieva Celalubuat
Bunda, Hika Saaiiyiiaangnyiiaa Itsuki, dan Yafika Cuah Iliexk.
Bahasa
alay di dalam facebook sesungguhnya
hanya berupa format tulisan (teks), bukan bahasa verbal. Bahasa alay di dalam
facebook hampir tidak mungkin dipakai dalam pembicaraan sehari-hari. Bahasa
alay sendiri diminati oleh sebagian remaja
karena dinilai sesuai dengan jiwanya yang bebas dan beda
dengan
yang lain. Remaja ingin dinilai sebagai anak yang tidak ketinggalan maka mereka
beralih dari penulisan yang biasa menjadi penulisan dengan gaya alay. Dengan
demikian, fenomena alay sesungguhnya memiliki kemiripan dengan fenomena anak
gaul. Lebih sederhananya, bahasa alay adalah salah satu varian bahasa gaul
kontemporer. Di zaman tahun 80-an atau 90-an dikenal bahasa prokem sebagai
bahasa gaul. Zaman selalu berubah sehingga bahasa gaul juga mengalami
perubahan, dan hadirlah sekarang bahasa alay.
Sejarah
perkembangan bahasa alay ada bermacam-macam versi. Ada yang menyebutkan bahasa
alay muncul pertama kalinya sejak ada program SMS (Short Message Service) atau
pesan singkat dari layanan operator yang mengenakan tarif per karakter ataupun
per SMS yang berfungsi untuk menghemat biaya. Namun dalam perkembangannya
kata-kata yang disingkat tersebut semakin melenceng dan tidak sesuai dengan
kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Ada versi lain menyebutkan bahasa
alay muncul sekitar tahun 1970-an oleh sekelompok preman yang ingin melakukan
aksi kejahatan dan menciptakan bahasa sandi agar tidak terlacak oleh polisi.
Bahasa sandi tersebut kemudian berkembang dari tahun ke tahun. Versi lainnya
menyebutkan bahasa alay berasal dari anak layangan, anak lebay, atau anak
kelayapan. Fenomena anak layangan ini adalah simbol dari anak di kampung yang
ingin tampil beda untuk mendapatkan perhatian baik dengan cara mengubah penampilan
dan meningkatkan kenarsisan. Mereka juga menciptakan bahasa khusus yang hanya
dimengerti kalangan mereka. Akhirnya
muncullah bahasa alay yang menggambarkan sekelompok anak muda yang ingin
menunjukkan eksistensinya.
Bahasa
alay merupakan salah satu cerminan remaja.
Masa remaja, ditinjau dari segi perkembangan merupakan masa kehidupan
manusia yang paling menarik dan mengesankan. Masa remaja mempunyai ciri antara
lain petualangan, pengelompokan (klik), dan “kenakalan” (Sumarsono, 2007:150).
Remaja selalu ingin mencoba berbagai hal-hal baru ingin merasakan kebebasan
dari aturan yang dirasa terlalu mengekang. Pengekangan ini membatasi mereka
untuk mengekspresikan diri secara terbuka atau frontal. Akibatnya mereka
menggunakan cara-cara lainnya. Salah satunya dengan penggunaan bahasa
sebagai
sistem tanda yang digunakan untuk menyampaikan sesuatu. Lewat sistem inilah
mereka mencoba mengungkapkan rahasia mereka kepada teman sebaya yang dirasakan
mengerti kondisi mereka.
Selain
dalam sms atau jejaring sosial seperti facebook dan twitter, bahasa alay juga
banyak ditemukan di televisi, radio, majalah, bahkan koran. Terutama pada
hal-hal yang berkaitan langsung dengan remaja, misalnya acara-acara dan
iklan-iklan di televisi yang menjadi sajian utama yang memang ditujukan kepada
para remaja atau di rubrik-rubrik majalah dan koran yang berkaitan dengan
remaja. Hal tersebut membuat penyebaran bahasa alay di kalangan remaja menjadi
semakin pesat.
Kemunculan
bahasa alay tidak hanya terjadi di ibukota Jakarta dan Bandung, akan tetapi
sudah meluas ke kota-kota yang lainnya. Salah satunya adalah Surabaya. Hal ini
tidak terlepas dari pengaruh kecanggihan teknologi dan informasi yang bisa
diakses dari berbagai seluruh penjuru dunia, sehingga budaya dari wilayah satu
dengan mudah bisa masuk ke wilayah yang lainnya. Salah satu fenomena bahasa
alay di Surabaya terlihat dari aktivitas remaja menggunakan bahasa tersebut di
jejaring sosial facebook.
Sumber
Buku:
Kridalaksana,
Harimurti. 1985. Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa. Flores: Nusa Indah.
Mustakim.
1994. Membina Kemampuan Berbahasa: Panduan ke Arah Kemahiran Berbahasa. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.
Nababan
, P.W.J. 1993. Sosiolinguistik: Suatu
Pengantar. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Ritzer,
George. 2007. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Sumarsono.
2007. Sosiolinguistik. Yogyakarta: SABDA.SVD, Bernard Raho. 2007. Teori
Sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi Pustaka.
0 komentar
Posting Komentar